Ting!
Bel di atas pintu masuk berdenting ketika kubuka. Senyum seorang perempuan merekah dari balik meja kasir.
“Selamat datang,” sambutnya.
Aku balas tersenyum. Kami bukan orang asing satu sama lain. Itu karena aku pelanggan di toko buku ini.
Ralat. Bukan aku, tapi Sita.
Sita yang mengenalkanku pada toko buku kecil ini.
“Tempatnya keren, Mas. Seperti toko The Shop Around The Corner punya Kathleen Kelly di You’ve Got Mail,” serunya.
Tak terlalu ramai tapi nyaman. Sita betah berlama-lama menyusuri rak demi rak. Sedang aku duduk santai di kedai mungil sambil sesekali menyesap teh jahe hangat.
Tapi tidak kali ini. Aku datang sendiri. Aku yang menyusuri rak-rak buku. Demi Sita. Demi tanggal 27 Maret miliknya.
Aku mengambil sebuah buku dari deretan fiksi. Sesobek memori berkelebat.
“Beliin yang ini ya, Mas…” rayunya sambil menggenggam buku pilihan.
“Apa sih yang enggak buat kamu?” gombalku.
Matanya membulat, senyumnya mengembang. Dipeluknya aku dengan riang gembira. Ah, gadis ini selalu bisa membuatku jatuh cinta. Lagi, lagi dan lagi.
Aku meletakkan buku itu kembali. Tidak. Aku ingin memberikan buku yang berbeda untuk Sita. Buku yang spesial. Sespesial 27 Maret miliknya.
Entah kenapa, deretan buku resep masakan menyandera perhatianku. Kembali tersenyum. Buku yang spesial. Belum pernah dia miliki. Setidaknya sejauh yang kutahu. Kuambil satu seri dari puluhan yang lain. Melunasinya di meja kasir. Lalu mengakhirinya dengan segelas teh jahe hangat di kedai mungil. Aku menyesap sedikit demi sedikit. Hangatnya menjalar di tenggorokan hingga ke dada. Tapi mengapa tak sampai ke hati?
Tumpukan buku resep masakan dalam tas plastik tergeletak di atas meja. Menunggu untuk dipercantik dengan kertas kado dan pita.
Hanya untuk Sita.
Di tanggal 27 Maret miliknya.
Hari pernikahannya.