Jadilah milikku, mau?

Aku masih tergolek lemas di tempat tidur. Perut ini masih suka berontak sesekali. Entah apa yang sudah masuk kedalamnya, tapi sejak malam itu, perutku enggan bekerjasama. Sedemikian parah hingga dokter jaga UGD harus menguras dan memompa keluar semua isinya. Jauh lebih baik, tapi belum stabil.

Sendirian dalam kamar. Ditemani suara televisi samar-samar dari lantai bawah. Inginku kamu ada disini. Menemaniku. Berbincang. Itu sudah lebih dari cukup. Tapi sepertinya mustahil. Kalaupun mungkin, kamu tak akan bisa keluar dari sini dengan selamat.

Sudahlah. Mungkin aku memang hanya bisa berandai saja. Andai kamu disini. Andai kamu menemaniku sekarang. Andai bisa mencintaimu tanpa aral. Andai tak harus berbagi dengan yang lain. Andai kamu mau jadi milikku. Cuma aku. Maukah kamu?

Sayup kudengar suara tawa berderai.

Tunggu..

Itu tawamu! Salah satunya.

Beringsut turun dari pembaringan. Tertatih menuju pintu. Dan, benar adanya. Aku bisa melihatmu dari balkon. Tertawa riang bersama teman-teman mainmu.

Anak-anakku…