Aku tak mengerti

Aku tak mengerti.
Aku sudah lama menjaga museum kota Makassar. Lama sekali. Tapi kenapa tak banyak pengunjung yang datang? Sepi. Jangankan saat hari biasa, ketika akhir pekan dan libur pun pengunjung bisa dihitung dengan jari tangan dan kaki.
Aku tak habis fikir.
Museum ini menyimpan banyak sekali benda bersejarah. Tak hanya peninggalan masa penjajahan, tapi juga benda-benda jaman keemasan raja-raja di Nusantara. Lebih dari sekedar berharga. Tak semua negara memiliki kekayaan ini. Bukan berarti dengan disimpan di museum ini, semua masalah terselesaikan. Perawatan, penelitian lebih lanjut dan semua hal yang berkait masih harus dilakukan. Untuk apa lagi kalau bukan untuk generasi penerus.
Aku masih ingat.
Museum ini sempat terbakar tahun lalu. Menghanguskan beberapa bagian dan isinya. Walaupun sudah berhasil di restorasi, tapi tak bisa kembali seperti semula. Menyedihkan.
Ah, aku melihat seorang laki-laki. Berjalan kemari bersama dua orang anak kecil. Masih ada juga orang tua yang mengantar anak-anaknya mengunjungi museum di hari Minggu seperti sekarang. Senang mengetahuinya.
“Ayo, foto di atas meriam. Kakak, adik dipegangi, jangan sampai jatuh.”
Iya. Ayo naik di punggungku. Kita berfoto bersama.